Menikah itu mudah


Menikmati hidup bukan hanya ketika dihadapkan pada tragedi atau bencana, tapi pada gelak tawa juga dilemma atas persimpangan pilihan. Setidaknya menjadi hidup itu tidak melulu ketika hal buruk menimpa namun ketika hal tersulit dalam hidup mempertemukan kita pada kenyataan bahwa tidak ada yang bisa dipilih diantara 2 pilihan.

Kala mitsaaqon gholidzoh menggelayut erat untuk segera disambut persimpangan itu begitu jelas terlihat. Pensiun dini sebagai bujang ataukah melanjutkan euphoria kesendirian yang tak bisa dibagi dengan cinta dan sayang? Yah keluarga menurut saya adalah media tempat berkumpulnya euphoria masalah dan perih getirnya kebahagiaan.

Dimana pundak bukan lagi tempat menggantungnya baju dan tas, tetapi juga tempat bermainnya beban dan tanggung jawab. Hati tidak lagi tempat lalu lalangnya darah namun juga tempat parkirnya cemburu, teriakan anak-anak, rayuan capai tetangga dan cemoohan tuntutan hidup.

Sebelum semua itu terjadi alangkah beratnya berdiri di sebuah persimpangan timbangan pemberatnya seperti terkadar oleh beratnya shalat istikhoroh diujung-ujung malam. Kala pilihan didepan mata namun tak hanya 1 yang bisa dipilih. Eiittss….walau sering ditolak pada akhirnya saya pun harus memilih 2 akhwat yang harus saya jadikan ustadzah rumah saya..asyik to..hhehehe

menikah itu mudah………….

Begitu menurut seorang rekan, ketika saya harus memulainya dengan sebuah syarat yang diajukannya “kalau serius temui orang tua saya!” dalam status perantau saya harus mendatangi beberapa kota yang asing bagi saya. Berdiri di bordes kereta api untuk segera sampai ditempat tujuan yang tak pernah kutuju sebelumnya. Mencoba menyelami setiap kata dan berkhayal tentang masa depan. Mereka-reka wajah dan tabiat si calon tujuan. Menyiapkan mental dan keberanian tuk dapat duduk sopan didepan keluarga besarnya. Yang menjadikan perjalanan ini hebat saya melakukannya seorang diri karena saya perantau.

Menikah itu mudah…..

Menurut yang sudah mengalaminya, bagi seorang bujang sulit adalah hanya dalam bayangan. Bagaimana tidak semua bayangan dan khayalan yang saya rangkai ketika didalam gerbong kereta terbukti salah total. Tak ada satupun kenyataan yang saya alami yangs eusai dengan khayalan itu. Dengan wajah sumringah camer mempersilahkan saya masuk walau baju saya ala kadarnya dan berbau besi lantai bordes gerbong. Mempersilahkans aya mandi dan makan, kemudian menyodorkan setangkup harapan tuk meminang putri tercantiknya.

Hanya saja diakhir kisah itu sang camer juga menyodorkan sekaleng cat tembok dan kuas agar membantunya mengecat rumah, entah ini sebuah barokah atau kesialan. Karena kebetulan tidak ada lelaki lain dirumah itu selain bapaknya si ‘tersangka’.

Menikah itu mudah…….

Bukan jagoan namanya kalau datang kerumah camer tanpa membawa oleh-oleh, dan nyatanya saya memang bukan jagoan. Karena saya hanya membawa badan dan mental yang koyak dikanan kirinya… toh bukan pula halangan tuk ‘memaksa’ camer menerima semua permintaan saya. Walau permintaan saya agak ‘kurang ajar’ dengan mencoba mengambil hak asuh anak pertamanya. Namun disinilah hebatnya seorang wali ketika jawaban yang diberikannya adalah “saya tidak sedang berdagang dengan kamu tentang anak saya, namun apa jaminan saya bahwa anak saya akan bahagia melayani kamu?”

Itu bukan perkara mudah untuk dijawab ternyata….

Menikah itu mudah………..

Menurut sebagian besar orang perlambang sebuah pernikahan itu adalah sepasang cincin yang tersemat dijari manis pasangan pengantin. Dan pada awalnya bagi saya itu adalah sebuah keharusan hingga tak saya dapati beberapa nash yang mendalilkannya hingga pada ujungnya tak saya dapati selembar uang didompet tuk menebus beberapa suku (disumatera takaran emas menggunakan istilah suku) tuk kujadikan mahar. Apalah dikata symbol adalah polemic bagi setiap perantaraan, tiada yang pasti sebenarnya apa yang dimaksud symbol selain hanya menjadi perlambang identitas.
Ternyata harga ‘mas’ jawa jauh lebih mahal, kata camer kala itu………

Menikah itu mudah……………

Mengingat adat sumatera yang sering digembar-gemborkan membuat dompet saya kembang kempis. Pesta besar, 3 hari 3 malam, ‘nyangoni’ sanak keluarga, adat meminta, dan lains ebagainya hamper meruntuhkan tekad bulad saya tuk mengakhiri masa lajang. Apa boleh buat jaln terbaiks aat ini adalah menurunkan ego, menyerah pada kejujuran dan terbuka atas segala kondisi.

Anak seorang guru SD diaerah terpencil menyatakan niat meminang puteri seorang raja, dimanakah logika saya ? dimanakah letak kewarasan saya ketika menjalani ini? Saya tidak sedang menanyakan kondisi keimanan kala itu yang begitu menggebu akan pernikahan dengan niat mengurangi keinginan berzina. Namun dimanakah logika saya dengan kondisi materi yang begitu timpang?

Ah saya lupa kala itu akan syarat memilih seorang wanita harus dari agamanya, terlebih dahulu. Yang saya tahu saya bukanlah tandingan keluarga besar itu…

Ternyata perbedaan saya dan keluarga itu adalah pada penafsiran makna “kaya”…………..

Menikah itu mudah…….

Setelah semua persiapan dilakukan, dan semua permintaan dicukupi, hal yang paling penting malah kulupakan. Saya lupa menyisakan uang untuk mendatangkan orang tua saya dari jawa timur ke sumatera selatan. Ditengah segala kekalutan dan kecemasan Allah mendatangkan prajurit terbaiknya tuk membantu saya, teman-teman yang awalnya menganggap semua beres terlihat kaget ketika mendapati calon pengantin tak sesumringah seharusnya.

Masalah pasti sedang menggelayut, yang akhirnya tak kuasa kutahan sendiri beban tersebut. Prajurit-prajurit itulah yang mendatangkan orang tua saya ke sumatera selatan dengan cepatnya…prajurit itulah teman-teman terbaik saya……………….
Menikah itu mudah karena akan banyak prajurit-parjurit yang akan membantu anda melewatinya…percayalah pada kehebatan persaudaraan/ukhuwah..!

Menikah itu mudah…

Tapi tak semudah seperti yang anda bayangkan, karena saya yakin anda membayangkan yang sulit dan sukar bahkan sesuatu yang belum anda alami kesukarannya. Saya tak mengatakan semudah seperti kenyataannya namun juga tak sesulit yang ada dalam bayangan anda.

16 komentar:

  1. hehehe, menikah emang susah ya
    tapi saya masih jauh untuk pensiun dari status single ^^

    BalasHapus
  2. Menikah itu mudah, mungkin yang sulit memeliharanya (bagi sebagian besar orang lho). Menikah itu, butuh keberanian, hanya mereka yang berani memikul tanggung jawablah yang sanggup menyegerakannya.

    BalasHapus
  3. Setuju, jangan takut pada bayangan
    saya dulu nikah umur 23 modal asal berani saja

    BalasHapus
  4. haduh, aku wis kadung nikah piye mas? qkqkqkqk

    BalasHapus
  5. wah, ini rangkuman di thread FS ya?
    ijin kopas ya pak,,

    BalasHapus
  6. Menyejukkan dan memberi semangat,, terima kasih mas icanx...

    BalasHapus
  7. menikah itu mudah...??
    semoga

    BalasHapus
  8. wah rekan rekan dan guru-guru penulis saya semua berkunjung..jadi malu ngga nelorin tulisan lagi..

    BalasHapus
  9. saya termasuk orang yang belum berani untuk menikah ne mas ichang...
    padahal menurut mas ichang menikah itu mudah...

    BalasHapus
  10. Mmm..begitu ya ceritanya. Ok lah kalau begitu.

    BalasHapus
  11. nggak mas...menikah itu susah atau tidak ada banyak faktor yang mempengaruhi. Klo sudah kepentok masalah adat, rada susah. Kita harus menghargai perasaan orang tua juga toh?? Masa iya kita mo maksain ke ortu jika emang beliau belum berkenan??

    Jadi makna susah itu sendiri rada absurd. Multi tafsir...

    Klo tinggal jalan mah menurut saya juga gampang aja...

    masalah "pra" nya itu loh...

    BalasHapus
  12. @berry devanda : kenapa kalimat berani dan mudah disandingkan dalam makna yang sejajar mas? padahal antonim berani adalah takut dan antonim mudah adalah sulit... namun takut dan sulit hanya ada dikamus seorang pesimist..

    @Johan : Ok lah kalo begitu...

    @zoneforthegreen : persamaan setiap adat atau budaya adalah menuju yang terbaik bagi komunitasnya, yg menjadi perbedaan adalah penafsiran antara komunitas adat yang satu dan adat yang lain. susah menjadi absurd dan melebar ketika yang memaknai adalah sekumpulan orang banyak.

    menjadi jelas dan real ketika makna susah adalah bagi pribadi anda. kita tidak pernah bisa menebak apa yang akan terjadi 1 detik kedepan, namun kita tahu bahwa masa depan diputuskan hari ini.

    BalasHapus
  13. nice post, mas
    saya terlambat berkunjung nih

    saya penasaran dengan jawaban atas pertanyaan
    "... apa jaminan saya bahwa anak saya akan bahagia melayani kamu?”
    ^^

    BalasHapus
  14. @pew : anda jeli dengan menanyakan jawaban pertanyaan itu. karena waktu saya hanya menjawab dengan diam. entah apa jaminanya selain nyawa ini...hehe

    BalasHapus
  15. yang suah itu meyakinkan ibu kita sendiri ( ane cowok ),,kadang ibu kita ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari anakanya,,p[alagi saya yang anak cowok satu satunya,,,

    BalasHapus
  16. @tukangsapu :hm... sudah ditanyakan langsung mengenai hal ini mas? takutnya itu hanya anggapan mas saja.

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.