Sejatinya Surga Itu Adalah Heaven


Tahu tidak, bagi saya—bagi banyak kepala keluarga di luar sana—rumah itu lebih dari sekadar tumpukan bata dan atap. Rumah adalah garis finish dan garis start sekaligus. Itu tujuan utama, hal yang akan selalu saya perjuangkan mati-matian. Ini bukan cuma kewajiban, tapi naluri. Insting alami seorang kepala keluarga, seorang alpha, yang tahu betul: harus ada tempat kembali yang pasti.


Saya bicara tentang rumah secara harfiah. Bangunan fisiknya. Tempat di mana semua lelah dan letih sepanjang hari bisa diserap, di mana jaket berat pekerjaan bisa dilepas, dan di dalamnya bisa menjadi diri sendiri lagi.


Rumah itu tidak perlu besar, sungguh. Saya tidak terlalu peduli dengan luasan tanah atau berapa banyak lantai. Itu hanya pertimbangan sekunder. Yang utama adalah rasanya. Mungkin ketenangan suasana dan lingkungan adalah awal terbaik untuk menyebut suatu tempat sebagai rumah. Apakah di sana hati bisa damai? Itu intinya.


Sejak hari pertama saya memiliki keluarga kecil ini, insting itu langsung muncul: Saya harus membuatkan rumah yang spesial untuk mereka. Dan anehnya, pondasi utama dalam merancang rumah impian saya selalu tertuju pada satu sumber: gambaran surga yang disebutkan dalam Al-Qur'an.


Bayangkan saja! Surga digambarkan begitu sempurna: mengalir sungai-sungai kecil di bawahnya, pepohonan rindang dengan buah-buahan yang bisa dipetik kapan saja, dan punya tetangga yang baik hati dan seumuran. Rasanya damai sekali, bukan?


Maka, rumah yang saya rancang dalam pikiran saya—dan yang saya usahakan agar bisa terwujud—selalu saya coba tarik sedekat mungkin ke gambaran surga itu. Karena jelas, surga (Jannah) adalah Heaven, adalah tempat kembali yang paling sempurna. 


Dengan begitu, setiap kali saya atau keluarga saya melangkahkan kaki melewati pintu, kami tidak hanya pulang ke sebuah rumah. Kami pulang ke Surga Kecil kami yang diupayakan di dunia ini. Itu adalah janji perlindungan dan kedamaian yang kami pegang teguh.

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.